Zulkarnain dan Pengaturan Matahari dalam Sura 18:85-86
Apakah matahari sungguh terbenam di air lumpur/mata air yang suram, atau Al-Qur’an yang salah atau ada penjelasan yang lain? Pertama kita akan melihat arti yang sesungguhnya dari Sura 18:85-86, dan kemudian kita akan melihat pada beberapa penjelasan orang Muslim dan respon-respon mereka.
Sebuah Astronomi yang Kecil
Tidak mungkin secara luas orang-orang mengetahui bahwa dibawah penguasa Abbasid Muslim, orang-orang Arab dan Persia membuat banyak kemajuan dalam astronomi, seperti menamai banyak bintang, sebaik meng-kopi dan memperbaiki beberapa tabel Ptolemy. Bagaimanapun, matahari dalam banyak waktu lebih luas daripada keseluruhan bumi, dan bumi berputar mengililingi matahari. Matahari tidak terbenam di mata air yang berlumpur.
Siapakah Zulkarnain?
Kita tidak punya bukti bahwa Mohammad mengatakan pada seseorang siapakah orang ini. Umat Muslim memiliki empat pandangan.
Alexander Agung (dari Makedonia) adalah pandangan yang paling umum. Zulkarnain berarti “ manusia dari dua tanduk”. Ada sebuah mitos bahwa Alexander Agung adalah Dewa dan memiliki tanduk kambing yang tumbuh pada sisi kepalanya. Meskipun fakta bahwa ini bukanlah kenyataan (dan merupakan persoalan adalah untuk memasangkan helm!), bahwa legenda itu diketahui, dan banyak orang Muslim berpikir bahwa Tuhan di Sura 18 mengacu pada nama Alexander.
Sirus I dari Persia adalah pandangan yang lain. Kekaisarannya sebenarnya terdiri dari dua kelompok yang berhubungan: Mede dan Persia, tapi selain itu tidak ada indikasi bahwa dua tanduk ada pada nya.
Seorang raja Yemeni yang memakai helm dengan dua tanduk kambing yang merupakan pandangan ketiga dari umat Muslim miliki.
Orang lain yang tidak diketahui adalah pandangan yang keempat. Bagaimanapun juga, tidak terlihat masuk akal untuk memberitahukan hal detil tentang orang dimana orang yang membicarakannya tidak pernah mendengar.
Kesimpulan: Tidak masalah siapapun itu Zulkarnain. Jika ia menemukan bahwa matahari terbenam di mata air berlumpur, dan matahari tidak terbenam di mata air berlumpur, maka ini adalah kebohongan, tanpa menghiraukan yang Mohammad bicarakan.
Teori 1: Matahari tidak benar-benar terbenam di mata air berlumpur!
Bagi Umat Muslim awal, Al-Qur’an mengajarkan mereka bahwa kebenaran ini terjadi. Sejarawan Muslim awal al-tabari jilid 1 hal. 234 menunjukkan hal ini. Sebagai contoh kedua, “[Dhu al-Qarnaiyn] menyaksikan letak dari matahari pada tempat terbenamnya ke dalam kolam dari kotoran yang hitam dan berbau busuk”. Berdasarkan al-Tabari jilid 5 hal. 173-174. Dul Qarnain [Zulkarnain] juga berada dalam al-Tabari jilid 1 hal. 371.
Sesuai dengan ini, bumi sebenarnya duduk pada seekor ikan yang besar, berdasarkan al-Tabari jilid. 1 hal. 220 (839-923 sebelum masehi)
Teori 2: Matahari muncul kepada Alexander untuk terbenam di danau di Ithaca di Makedonia
Teori ini berasumsi bahwa Zukarnain adalah Alexander, dan jadi Alexander adalah seorang Muslim yang baik. Teori ini tidak sesuai dengan fakta bahwa Alexander memiliki kuil untuk dirinya sendiri. Dan juga, ia pergi ke utara dan selatan dari pesisir pantai Ithaca untuk menaklukkan Albania.
Lebih buruk lagi pada teori ini, Yunani menduduki ratusan mil sebelah barat Ithaca sekarang ini adalah spanyol dan sisilia, dll, lima ratus tahun sebelum kedatangan Alexander. Mengapa militer yang bisa berbahasa Yunani berpikir bahwa matahari terbenam di danau di Makedonia ketika kapal-kapal bangsa Yunani secara teratur pergi jauh, ke sebelah barat negri Alexander? Sebagian detail nya adalah orang Tertullia dalam Sebuah Risalat dalam Jiwa bab 49 hal. 227 yang mengatakan bahwa Aristoteles, yang hidup sekitar waktu yang sama, menyebutkan pahlawan dari Pulau Sardinia jauh sebelah barat Makedonia tapi dalam garis lintang yang sama.
Teori 3: “Mata air berlumpur” adalah sungguh Samudra Atlantik
Samudara Atlantik tidaklah berlumpur ataupun kelam, samudra ini biru kehijau-hijauan. Samudra ini bukanlah mata air tapi adalah sebuah samudra. Matahari tidaklah terbenam ke dalam samudra. Yang terpenting adalah, Alexander, Sirus I dari Persia, dan Raja-raja Yemeni tidak pernah pergi ke samudra Samudra Atlantik, dan Sura 18:85-86 mengatakan bahwa Zulkarnain melihat atau mengamati hal ini.
Setiap orang dari empat alasan ini cukup untuk mengeliminasi teori ini, jadi mengapa umat Muslim mengemukakan hal ini. Ini adalah perluasan dimana mereka akan berusaha untuk maju untuk menunjukkan bahwa Sura 18:1-2 bukanlah suatu kebohongan. Jika Allah dari orang Islam benar-benar memiliki ini dalam Al-Qur’an dan Allah mengetahui bahwa ini adalah kepalsuan, maka ini akan menjadi suatu kebohongan. Jika Allah orang Islam tidak mengetahui fakta ini, mereka tidak akan berpengetahuan dan tentunya tidak mengetahui sama sekali. Jika ayat-ayat ini tidak berasal dari Allah orang Islam, maka Al-Qur’an telah benar-benar di korupsi, karena ayat-ayat ini telah menonjolkan kebohongan dari Allah ketika sebenarnya itu adalah benar. Tentu saja, jika tidak benar-benar ada Allah orang Islam, dan kenyataannya Tuhan tidak membuat Al-Qur’an, maka Allah orang Islam tidak mengatakan kebohongan sejak Allah orang islam tidak pernah ada.
Teori 4: “Mata air berlumpur” adalah benar Sirus I yang melihat Laut Hitam
Theory 4: The “muddy spring” is really Cyrus I seeing the Black Sea
Bagaimanapun juga, Sirus I pergi ke sebelah barat dari pesisir timur Laut Hitam dan bagaimana bisa matahari muncul untuk terbenam di Laut Hitam, jika ia telah pergi melewati pesisir timur ke selatan dan timur. Kami tidak mempunyai bukti bahwa Sirus bahkan menempuh perjalanan ke daerah Georgia, Armenia, Azerbaijan, dsb. yang semuanya disebelah timur Laut Hitam. Seorang Muslim akan memiliki sedikit kelemahan jika dikatakan Sirus melihat matahari yang terbit keluar dari Laut Hitam, karena ia melewati Yunani, tapi Al-Qur’an mengatakan memposisikan/mengatur matahari. Meskipun demikian, Laut Hitam bukanlah suatu mata air, setiap orang dari Mesir dan lebih jauh lagi ke utara, mengetahui bahwa matahari tidak terbenam di Laut Hitam.
Bagaimanapun, orang Persia lebih baik dalam menyadari daripada orang Athenia, Spartan, dan Yunani. Orang Persia akan mengetahui bahwa orang Yunani bukanlah terletak di sisi lain dari matahari
Orang Yemeni (Orang Sabean/Sabaean) selalu sadar terhadap orang Abyssinian (Orang Ethiopia) yang melewati selat. Jika mereka benar-benar berpikir bahwa matahari terbenam di Laut Merah, maka orang Abyssinia merupakan orang-orang yang berada dilain sisi dari matahari yang telah diatur/diposisikan.
Jika ini tidak sebenarnya nyata secara fisik, melainkan hanyalah suatu metafora/kiasan untuk sesuatu atau yang lain, maka Al-Qur’an salah untuk menyampaikan bahwa ini adalah tidak benar dan ini adalah menyesatkan. Lebih jauh lagi, tidak semua orang daoat mengatakan secara yakin untuk apa ini dibuat sebagai suatu kiasan.
Tidak ada di Al-Qur’an yang mengindikasikan bahwa ini tidak benar secara harfiah, dan orang Muslim awal menterjemahkannya sebagai sesuatu yang harfiah sebagai suatu kebenaran yang sesungguhnya. Seperti yang telah mereka ketahui dari teman-teman Mohammad tentang arti dari ini sebenarnya, jadi sebenarnya mereka telah disesatkan oleh Sura 18.
Teori ini adalah agnostis tentang identitas Zulkarnain. Jika Mohammad bercerita tentang mimpinya, matahari dapat terbenam dimana saja sesuai yang Mohammad inginkan. Bagaimanapun juga, tidak begitu jelas betapa karakter yang bersifat khayal melihat sesuatu yang palsu tapi factual, dan orang-orang percaya bahwa itu adalah fakta, yang seharusnya mengajarkan kita tentang mempercayai kebenaran.
Bagaimanapun, jika seseorang berkata bahwa mereka melihat seseorang bernama Ali yang sedang melakukan hal aneh, dan jutaan orang untuk berabad-abad setelah itu mempercayai orang itu. Akan kah orang itu menjadi berbohong jika ia lupa untuk menceritakan ke orang-orang, “itu adalah mimpi saya saja, dan saya tidak pernah benar-benar melihat dengan mata saya kalau'Ali melakukan hal itu.?”
Kesimpulan
Tanpa menghiraukan apakah Zulkarnain adalah Alexander Agung atau orang lain, Al-Qur’an menyatakan sebagai kenyataan bahwa matahari terbenam di mata air berlumpur. Bahkan orang-orang zaman dahulu, 1000 tahun sebelum Mohammad mengetahui bahwa matahari tidak terbenam di Spanyol. Hal ini bukanlah suatu kiasan, karena tak satupun orang Muslim awal menemukan siapa yang tidak mengambil ini secara harfiah, atau memberikab ini hanya sebagai artinya kiasan dan orang Muslim awal semuanya akan percaya bahwa Al-Qur’an tidak memperdaya.
Bibliografi Terjemahan Al-Qur’an
1. Arberry, Arthur J. Qur’an yang diterjemahkan. Macmillian Publishing Co., Inc. 1955.
2. Dawood, N.J. Qur’an. Penguin Books. 1956-1999.
3. Malik, Farooq-i-Azam. Terjemahan bahasa Inggris tentang Arti AL-QUR’AN: Panduan untuk Umat Manusia. The Institute of Islamic Knowledge. 1997
4. Pickthall, Mohammed Marmaduke. Arti dari Qur’an yang Agung. Dar al-Islamiyya (Kuwait) (no date given)
5. Rodwell, J.M. Qur’an. First Edition. Ivy Books, Published by Ballantine Books. 1993.
6. Shakir, M.H. Qur’an. Tahrike Tarsile Qur’an, Inc. 12th U.S. Edition 2001.
7. Sher Ali, Maulawi. The Holy Qur’an. Islam International Publications Limited (Ahmadiyya) 1997
8. Yusuf 'Ali, Abdullah. Kitab Suci Qur’an : Terjemahan bahasa Inggris dengan Arti dan komentarnya. King Fahd Holy Qur-an Printing Complex. (Al Madina Saudi Arabia) 1410 A.D.
Referensi Lain
Ensiklopedia Britannica. Encyclopaedia Britannica, Inc. 1958.
Kisah al-Tabari : Sebuah Terjemahan yang Beranotasi. Ehsan Yar-Shater, General Editor. State University of New York Press 1989-.